Bahasa Lidah/Roh & Enkripsi
Analogi antara Bahasa Roh (dalam Kekristenan) dan Enkripsi dalam Perkomputeran
Enkripsi - Dekripsi
Demi menghindari orang-orang iseng atau orang-orang jahat membaca pesan yang dikirim secara elektronik, dalam dunia IT digunakan enkripsi.
Enkripsi adalah proses mengkodekan informasi elektronik sedemikian rupa sehingga tidak bisa diketahui isinya oleh pihak yang tidak berkepentingan. Para pihak tersebut bisa saja mengakses pesannya, tetapi tidak bisa dibaca karena sudah dikodekan sedemikian rupa sehingga akan terbaca seperti sesuatu yang tidak punya makna. Padahal kalau kita punya kuncinya, informasi tersebut dapat dengan mudah dipahami. Di bawah saya tampilkan contoh yang saya maksud.
Di kotak kiri atas adalah teks normal yang kemudian dienkripsi. Hasil proses enkripsi berada pada kotak kiri bawah. Teksnya berubah menjadi sesuatu yang kelihatan tak bermakna. Di kotak kanan atas adalah teks yang sudah dienkripsi sebelumnya sehingga terlihat tanpa makna. Teks itu didekripsi atau diterjemahkan menjadi teks normal pada kotak kanan bawah.
Timbul pertanyaan. Apakah karena kita tidak bisa memahami teks yang di kotak kiri bawah dan kanan atas, itu berarti bahwa teks itu bukan bahasa? Saya harap jawaban atas pertanyaan tersebut tidak perlu saya kemukakan di sini.
Bahasa Lidah/Bahasa Roh
Salah satu kritik terhadap praktik kontemporer Bahasa Lidah/Roh di kalangan Kristen Karismatik adalah suara-suara yang keluar hanya pengulangan atau sesuatu yang tidak punya arti sama sekali. Hal seperti itu bukan bahasa sama sekali. Bahkan ada yang berani mengatakan bahwa Bahasa Lidah/Roh seperti itu berasal dari Setan. Kritik seperti ini didasari pada bagian tertentu dalam Alkitab Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa Bahasa Lidah/Roh adalah bahasa manusia biasa, yang punya struktur, makna, dan sebagainya. Namun kritik seperti itu gagal memperhitungkan ayat lain yang menunjukkan bahwa Bahasa Lidah/Roh bukanlah bahasa biasa dan ada unsur-unsur pengkomunikasian hal-hal yang tidak dapat diungkap dengan kata-kata kepada Tuhan.
Hubungan Bahasa Roh dan Enkripsi
Kalau benar Bahasa Roh/Lidah berasal dari Tuhan, maka ada peluang bahwa bahasa tersebut merupakan bahasa ‘enkripsi’ yang Tuhan berikan kepada manusia untuk mengkomunikasikan langsung dengan Tuhan apa yang ada dalam hati terdalam manusia, yang tidak dapat diungkap dengan kata-kata bahasa normal.
Jadi bagi manusia, Bahasa Roh itu menjadi seperti sesuatu yang tidak bermakna, acak dan hanya omong kosong (omon-omon). Dari analogi enkripsi dekripsi di atas jelas bahwa kita tidak dapat begitu saja mengatakan bahwa praktik Bahasa Roh kontemporer adalah omong kosong tak bermakna. Dari mana kita mengetahui bahwa bahasa itu bukan bahasa dari Tuhan yang diberikan kepada manusia untuk mengkomunikasikan sesuatu yang tidak dapat diungkap dengan kata-kata kepada Tuhan?
Memperjelas Apa yang Saya Tidak Katakan
Apakah pandangan ini dapat dipertanggung-jawabkan secara Alkitabiah? Di sini saya tidak sedang menawarkan justifikasi Alkitabiah, tapi menawarkan kerangka berpikir di mana praktik Bahasa Roh kontemporer bisa dilihat sebagai sesuatu yang dapat diterima. Saya pikir ada alasan Alkitabiah yang dapat dikemukakan untuk mendukung pandangan, tapi saya tidak membahasnya di sini.
Mungkin juga ada yang berkeberatan bahwa Hukum Kontradiksi mengharuskan agar setiap kata yang digunakan punya makna tersendiri, sehingga kalau satu kata diulang-ulang, menjadi tidak bermakna, atau punya makna tetapi hukum kontradiksi menjadi tidak berlaku. Ini juga tidak menjadi bahasan saya.
Tapi apakah saya mau mengatakan bahwa praktik Bahasa Roh kontemporer berasal dari Tuhan? Saya tidak berargumen mendukung pandangan seperti itu. Yang saya katakan adalah bahwa praktik seperti itu tidak dapat begitu saja dapat sesat hanya karena ketidakmampuan kita melihat adanya pola bahasa normal.
Jadi, kalau ada yang mau membantah tulisan saya atau mau menambahkan justifikasi Alkitabiah terhadap pandangan yang saya kemukakan, saya dengan senang hati menerima.